Nama penulis :Dr.Rahmat Aziz,M.Si
Judul buku :Psikologi Pendidikan
Penerbit :UIN-MALIKI PRESS (Anggota IKAPI) Jalan Gajayana 50 Malang
Tahun :Cetakan 1 September 2010
Cetakan 2 Oktober 2014
Kota :Malang
Isi Buku
Di dalam buku Psikologi Pendidikan ini telah menjelaskan tentang “Urgensi Pengembangan Kreativitas Dalam Praktik Pembelajaran” yang mana di dalamnya terdapat isi tentang pengembangan kretivitas: suatu keniscayaan, kretivitas merupakan aspek yang sangat penting dan berharga dalam setiap usaha manusia, sebab melalui usaha kreativitas akan dapat di temukan dan di hasilkan berbagai teori, pendekatan, dan cara baru yang sangat bermanfaat bagi kehidupan. Tanpa adanya kreativitas, kehidupan akan lebih merupakan suatu yang bersifat pengulangan terhadap pola-pola yang sama.
Pengembangan kreativitas pada penelitian ini di laksanakan dalam konteks praktik pendidikan di sekolah. Hal ini merupakan salah satu jawaban terhadap pada kenyataan yang ada bahwa pendidikan di Indonesia saat ini lebih berorentiasi pada hasil yang bersifat pengulangan, penghafalan, dan pencarian suatu jawaban yang benar terhadap soal-soal yang di berikan.
Kajian terhadap beberapa penelitian tentang pembelajaran mengarang di sekolah telah di lakukan Kumar (2008) yang menyimpulkan bahwa 1) guru kurang kreatif dalam melakukan kontekstualisasi materi pelajaran dalam proses pembelajaran sehingga proses belajar menjadi tidak menarik; 2) guru jarang mengarang; 3) minat membaca siswa rendah yang berakibat pada kurangnya wawasan dan sedikitnya perbendaharaan kata sehingga mereka kesulitan ketika harus menuangkan gagasan dalam bentuk tertulis.
Pendidikan saat ini di anggap kurang mengapresiasi kreativitas, padahal kretivitas dan kecerdasan intelektual mempunyai peranan yang sama dalam mencapai keberhasilan belajar. Schmidt (2006) menjelaskan bukti tentang adanya kemampuan kreatif sering muncul pada anak-anak, tapi seiring dengan bertambahnya usia kemampuan tersebut menjadi berkurang dan salah satu faktor yang menyebabkan kurang berkembangnya kreativitas adalah pendidikan yang kurang mengapresiasi terhadap kemampuan kreatif anak.
Salah satu cara untuk mengembangkan kreativitas dapat di lakukan di dalam kelas (Croplay; 1994, Lynch dan Harris, 2001; dan Sternberg, 1999). Penelitian ini di lakukan sebagai salah satu jawaban bagi persoalan di atas, khususnya pengembangan kreativitas dalam bentuk kemampuan berfikir dan menulis kreatif siswa.
Kreativitas dan Synectics dalam Praktik Pembelajaran menjelaskan tingkat terendah yang dimiliki manusia adalah docile wit. Pada tingkatan ini, makhluk hidup mampu mencerap gejala dunia luar melalui alat indera. Kecerdasan yang lebih tinggi dari docile wit adalah normal human ingenio. Dengan kecerdasan ini, manusia mampu menguasai pengetahuan dengan memanfaatkan data indra sehingga mampu menyusun sistem kognitif yang dapat berkembang secara sendiri.
Salah seorang ahli psikolingustik yang bernama Chomsky (1972) menjelaskan bahwa kreativitas manusia adalah pemakaian bahasa tidak dapat di jelaskan dengan pendekatan stimulus-response saja. Pemakaian bahasa menyangkut kecendekiaan manusia biasa dan kreativitas sejati, karena itu bahasa merupakan milik khas manusia. Pada tingkat yang paling rendah pun, yaitu pada tingkat docile wit, binatang tidak akan mampu menyamai manusia. Kera yang paling cerdas sekali pun tidak akan mampu menyamai manusia yang paling bodoh. Sepandai-pandainya biatang, kemampuan intelegensinya hanyalah pada tingkat docile wit sebaliknya, sebodoh-bodohnya manusia, ia masih memiliki kreativiras yang lebih dari binatang.
Relevansi Dengan Tugas Guru Biologi
Relevansinya ialah bahwa tugas guru biologi itu ialah guru biologi itu tidak hanya mengajarkan tentang menghafal saja, sehingga murid-murid itu cepat jenuh dan merasa bosan. Ia juga harus memerhatikan keterbatasan kemampuan anak tersebut, dan kecepatan daya tangkap anak tersebut. Setiap anak murid memiliki kemampuan daya ingat yang berbeda-beda. Dan guru biologi itu harus memiliki gaya tarik yang menarik maksudnya dalam cara menyampaikan materi pelajaran yang akan di bahas di setiap pertemuan-pertemuan.
